Senin, 13 April 2009

Cerpen

GELAR ALMARHUM UNTUK ORANG TUA

OLEH

RUDI APRIANTO

Jaka adalah seseorang mahasiswa yang suka membaca. Teman-temannya sampai menjuliki dia si kutu buku. Tiada hari baginya tampa membaca dan tampa keperpustakaan. Setiap pulang kuliah jaka selalu menyempatkan untuk mampir keperpus. Mungkin hamper semua buku diperpustakaan telah dipegang dan ketahui isisya. Hari-harinya dia habiskan hanya untuk membaca karya orng lain itu. Memang dia tidak kebingungan untuk memikirkan biaya hidupnya karena jaka adalah anak orang yang perekonomiaanya mapan. Semua keperluan hidup jaka sudah ada yang menanggungnya. Apalagidia anak tunggal di keluarganya.
Urusan kuliah bukan masalah sulit bagi jaka. Dengan pengetahuan yang dia dapat dari hobinya itu semua mata kuliah dilibasnya. Bahkan jaka bertekat untuk lulus lebih awal dibandingkan teman seangkatannya. Membuktikan bahwa seorang kutu buku yang saling di lontarkan padanya jauh lebih pintar dari yang mengucapkannya.
Orang tua Jaka mengharapkan Jaka dapat menjadi penerus keturunan mereka. Sering mereka mengingatkan kepada Jaka selain mencari ilmu dan gelar di kampus agar Jaka juga mencari pasangan hidup yang cocok baginya. Jaka memang dimanja sejak kecil oleh orang tuanya karena dia anak semata wayang di keluarga itu. Sebatas mengingatkan saja agar Jaka lulus tepat waktu dan menikah secepatnya adalah keinginan kedua orang taunya. Tapi Jaka mengabaikan keinginan orang tuanya itu. Dia lebih suka seperti kebiasaanya setiap hari daripada harus mencari pacar.
Jaka tidak banyak kenal dengan lawan jenis. Sejak dilahikan sampai sekarang usianya 22 tahun dia belum pernah berpacaran. Setiap cewek yang mendekatinya hanya bila butuh bantuan saja. Mengerjakan tugas kuliah, minta pendapat atau apa saja yang sekiranya berkaitan dengan kutu buku ini. Selain itu, siapa yang mau mendekatin cowok tak menarik seperti jaka. Dengan kacamata besar, membuat model 70an, pakaian pas-pasan tentu tak ada cewek yang mau jadi teman apalagi pacarnya. Jaka anak orang kaya, tapi dia tdak pernah menggunakan materi yang dimiliki itu untuk merawat bahkan mengubah penampilannya yang sudah parno. Malah dia menambah koleksi buku di perpustakaan pribadinya.
Beberapa bulan lagi Jaka sudah dapat mengajukan skirpsi sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana. Rupanya tekad Jaka akan menjadi kenyataan yakni lulus lebih awal dan mempercundangi teman angkatnya yang sering melihat Jaka dengan sebelah mata. Tapi kini Jaka terlihat bingung. Bukan karena masalah skipsi, juga bukan masalah biaya. Jaka bingung karena seringnya orang tua mengingatkan telah menjadi desakan baginya untuk segera mencari pendamping hidup. Dalam benaknya, kebahagiaan orang tuaku akan lengkap bila aku bisa mempersembahkan gelar sarjana dan calon pendamping hidupku. Kalau sampai aku lulus belum juga mendapatkan pasangan, pasti aku akan lebih kesulitan lagi mencari di luar sana. Selain desakan itu, aku juga laki-laki normal yang tepat membutuhkan lawan jenis dalam hidupku. Tapi kemana aku akan mencari di luar sana. Selain desakan itu, aku juga laki-laki normal yang tetap membutuhkan lawan jenis dalam hidupku. Tapi kemana aku akan mencari. Jaka tetap terbaring di atas kasur menatap langit-langit kamarnya dengan kebingungan dan lamunannya.
Dalam keadaan bingung Jaka masih sempat menyalurkan hobinya seperti biasanya Jaka pergi ke perpus mencari buku yang belum dia baca. Tidak disangka saat itu juga Jaka menjumpai seorang wanita dengan rambut lurus tereurai sepunggung, kulitnya putih, tingginya semampai, seksi dengan wajah yang ayu jelita. Setelah berkali-kali Jaka keluar masuk perpustakaan baru kali ini ia merasakan hal yang berbeda. Mungkin karena wanita itu. Dengan maksud mencari perhatian Jaka membaca buku sambil sesekali di bacanya. Perhatiaanya pada wanita yang ada didepannya itu. Ingin rasanya jaka menyapa dan berkenalan dengan wanita itu tapi tak ada kebeanian dalam dirinya. Rupanya wanita itu tidak sedikitpun tertarik dengan tingkah Jaka. Mungkin menurut wanita itu orang parno seperti Jaka hanya menunggu konsentrasinya saja waniita itu pun bergegas pergi.

**

Sejak pertemuaan yang tidak sengaja itu, Jaka tidak bias serta merta melupakan wanita yang begitu menggetarkan hati bekunya. Jaka terus teringat pada wanita itu. Lamunan pun tanpa henti di setiap malam. Jaka kini berubah drastic dari seorang kutu buku menjadi pelamun sejati. Dia tidak tau harus berbuatt apa untuk bisa bekenalan dengan wanita pujaanya itu karena dia tidak berpengalaman soal itu. Jaka jago urusan pengetahuaan tapi tidak dalam urusan yang satu ini.
Diambang lamunan Jaka menemukan jalan keluar dari masalah yang sedang ia hadapi. Hari minggu itu dia pagi-pagi sekali pergi kerumah Dion. Teman sekelasnya yang di kenal sebagai play boy karena kebiasaanya gonta-ganti pasangan. Dion pasti bisa Bantu aku untuk brkenalan dengan wanita itu karena dia mahir dalam urusan seperti ini, pikirnya dalam perjalanan kerumah Dion.
Setelah bertemu Dion, Jaka menceritakan semua permasalahan yang dia hadapi. Seperti dugaanya itu bukan masalah besar bagi seorang play boy seperti Dion. Bahkan Dion menyakinkan Jaka kalau dia bisa membuat wanita pujaannya itu jatuh cinta kepadanya. “Tapi itu tentunya tidak gratis, harus ada timbal baliknya donk”,kata Dion. Dion meminta Jaka mengerjakn tugas skripsi dan uang lelahnya. Jaka menyanggupinya walaupun harus kecewa karena ada mahasiswa lain seangkatannya yang lulus bersama dia tidak seperti ambisinya selama ini yang ingin mendahului teman-teman seangakatanya. Rupanya cinta jaka telah membuatnya lupa daratan.
Keesokan harinya Jaka mengajak Dion keperpus dengan maksud memberitahu cewek idamannya itu. Alangkah kagetnya Dion setelah tau wanita incaran Jaka adalah Pacarnya sendiri. Namun Dion pura-pura tidak mengenal wanita itu. ini bisa jadi bisnis yang menguntungkan, saying kalua disiasiakan, pikirnya. Itu masalah gampang, sekali lagi Dion meyakinkan Jaka kalau dia bisa membuat wanita itu jatuh cinta padanya.
Usai berpura-pura, Dion mengajak Jaka pulang untuk mengatur strategi. Dion menyuuruh Jaka untuk mengubah penampilannya agar sedikit modis. Bagai ucapan maha guru, Jaka langsung melaksanakan fatwah play boy itu. Jaka bergegas kesalon untuk meengubah penampilan, belnja baju baru walaupun bukan hobinya seperti itu.

**

Malam jumat merupakan malam favorit Dion berkencan. Dia segera mengajak luna pacarnya menikmati udara malam. Luna yang tak lain adalah wanita yang diidam-idamkan Jaka, malam itu pagi bersama Dion dengan busana yang mengundang sorotan mata kaum adam terlihat cantik sekali. Biasanya setiap malam jumat mereka menghabiskan waktu dengan bersenag-senang, nginap di hotel langganan tak ubahnya pasangan suami istri. Mungkin pemilik hotel yang tau tumakninah mereka secara pasti, betapa jauhnya hubungan mereka melebihi ststus pacaran yang mereka sandang.
Khusus malam ini maksud Dion tak seperti biasanya. Dia hendak menawarkan sebuah bisnis menguntungkan pada Luna bahwa ada orang yang begitu tergila-gila padanya. Dion meminta Luna memaafkan situasi ini untuk memoroti uang Jaka anak orang kaya yang begitu mencintai dia. Kamu boleh minta apa saja pada Jaka yang mungkin belum pernah aku berikan padamu tapi ingat jangan kau libatkan peraanmu dalam bisnis ini karena kau hanya milikku, kata Dion.
Luna tanpa piker panjang mau menjalankan bisnis haram ini demi Dion, pria yang begitu dicintainya. Dion tersenyum, agaknya dia sudah menemukan pacar yang cocok denganya. Sama-sama matrelistis. Dion pun menjelaskan trik-trik untuk memutuskan rencananya pada luna. Jauh hari Dion sudah meramu teknik yang telah tesusun rapi dari bisnis barunya itu.

**

Hari yang berbeda kini Dionb yang menghampiri Jaka di kosnnya sedikit kagum pura-pura dan pujian menjadi suntikan mitivasi dan percaya diri bagi Jaka yang kini tampil dengan penampilan barunya. Betapa girangnya Jaka mendengar kabar dari Dion bahwa dia sudah mengatur perkenalannya dengan Luna yang tak lain adalah bagian dari strtegi jitunya sang play boy ini. Dion mengajak Jaka keperpustakaan untuk berkenalan dengan luna. Disana sudah tampak Luna bersiap-siap menjalankan misinya. Perwatakan Dion yang seolah tidak mengenal Luna sebelumnya membuat Jaka semakin percya padanya sebagai seorang sahabat yang begitu baik. Mereka pun berkenalan. Dengan basa-basi dion sebagai mak comblang gadungan.
Seminggu dari perkenalan itu, Jaka dan Luna berpacaran. Tentu itu sudah dalam control seorang Dion. Sebenarnya Luna mals untukn dekat dengan Jaka, meskipun penampilannya sudah gaul tapi tetap dia sosok cowok yang membosnkan baginya. Luna selalu memaksa Dion untuk segera mengakhiri saja permainaan ini, tapi Dion tak mengindahkannya. Tunggu sampai si bodoh itu jatuh miskin baru kita akhiri, katanya. Untuk kesekian kalinya Luna menaruti ambisi pujaanya itu.
Jaka sangat bahagia sekali karena ceweek idamannya kini telah menjadi pacarnya. Dia sangat mencintai Luna bahkan dia rela melakukan apa aja demi wanita belahan jiwanya itu.
Bisnis Dion dan Luna berjalan lancar. Luna semakin menuntut Jaka dengan permintaan. Permintaan berbau materi. Jaka semakin tenggelam dalam permainan ini. Jaka yang pinter, tak berdaya menghadapi rayuaan pujaan hatinya. Semua kebutuhan lahir Luna terpenuhi oleh Jaka, tapi kebutuhan batin, Dion yang melaksanakannya. Luna selalu mengelak kalau Jaka mengajaknya untuk di kenalkan pada orng tuanya. Padahal Jaka ingin segera mengenalkan calon pendampinya itu agar desakan orang tuanya segera berhenti.
Jaka hanya bisa mengabarkan pada orang tuanya kalau dia sudah mendapatkan calon pendampingnya kelak lewat telepon, sembarimeminta uang tambahan. Mendengar kabar itu, orang tua Jaka bahagia sekali sedikit curiga kalau anaknya salah memilih pendamping karena akhir-akhir belakangan ini Jaka sering minta transfer uang. Hal yang belum pernah dilakukannya selama belum pacaran dulu. Tapi hal itu dianggap masih wajar oleh orang tuanya. Mereka pun menuruti kemauaan anak semata wayangnya itu.
Permintaan Dion yang terucap lewat bibir manis Luna semakin menjadi-jadi. Hal tersebut tak pernah dan tak sempat disadari Jaka. Karena dia sudah benar-benar hanyut dalam cinta butanya itu. terakhir Jaka mempersembahkan sepeda motor metik terbaru untuk Luna. Persembahan yang menguatkan kecurigaan orang tuanya. Bahwa anaknya telah salah pilih mencari pacar.
Di hotel langganan, Luna menceritakan ke ibaannya pada Dion. Selain bisnisnya sudah mulai tercium oleh orang tua Jaka, rupanya Luna masih punya rasa kasihan. Dia sudah tidak sanggup lagi melnjutkan sandiwara ini. Ingin segera menyelesaikannya dan segera menikah dengan dion sebelum kandungannya semakin membesar. Mendengar hal itu, Dion tak bisa lagi melanjutkan bisnisnya itu. Akhirnya dia sepakat untuk menyudahi permainan ini.
**

Hari ini adalah prosesi wisuda dilaksanakan. Sebuah ritual yang akan menambah panjang deretan nama seseoarng. Harusnya hari ini adalah hari paling berbahagia bagi Jaka dan Dion karena mereka akan mengikuti acra ini. Teman-teman Jaka merasa kagum padanya karena bisa menjadi wisudawan lebih awal dari mereka. Tapi rona kebahagiaan hanya terliahat dari wajah Dion yang hadir didampingi istri yang baru ijab Kabul tadi malam. Mereka sudah benar-benar menyudahi lelucon haram itu. Bagaimana dengan Jaka??.
Orang tua Jaka yang hadir sebagai undangan, tak menjumpai putra kesayangannya itu memakai jubah kebesaran. Kemana anak kita pak? Tanya ibu jaka. Entahlah buk, saya uga tidak tahu, jawab ayah Jaka. Kemudian mereka mencari Jaka ketempat kostnya. Salam dan ketokan pintu semakin keras tak juga di jawab oleh Jaka. Teman satu kosnya bilang mulai tadi malm Jaka tak keluar dari kamarnya. Was-was dan bingung mulai muncul dalm benak mereka. Terpaksa mereka mendobrak pintu kamar Jaka takut terjadi apa-apa dengan jagoan mereka itu. ternyata dugaan mereka benar, mereka mendapati Jaka terbaring kaku di lantai dengan mulut brbusa dan sudah tak bernyawa lagi. Itu terjadi setelah Jaka tau kenyataan yang sebenarnya. Dia telah di khianati oleh belahan jiwa dan teman yang sudah dianggap sahabatnya itu. perasaan yang berkecambuk dalam diri Jaka tak kuasa ia bendung. Hancur , kecewa, marah, menyesal menjadi satu. Jaka akhirnya memilih cara itu sebagai Jalan keluarnya.


¬SELESAI

[+/-] Selengkapnya...

Senin, 06 April 2009

KREATIF MENULIS SASTRA

Achmad Thayib Thahir *)

Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa. Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Dalam komunikasi tulis setidaknya ada empat unsur yang terlibat yaitu penulis, pesan atau isi tulisan, media berupa tulisan, dan pembaca.
Menulis merupakan suatu proses. Untuk menghasilkan tulisan yang baik umumnya orang melakukannya berkali-kali. Sangat sedikit orang yang menghasilkan tulisan yang benar-benar memuaskan dengan hanya sekali tulis.

Tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, pengetahuan, dan pengalaman secara tertulis. Menulis memiliki berbagai macam bentuk. Salah satunya adalah menulis karya sastra.

KARYA SASTRA
Sastra merupakan salah satu hasil seni. Sebagai hasil seni, seni sastra merupakan hasil cipta manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, tanggapan, dan perasaan penciptanya tentang kehidupan dengan bahasa imajinatif dan emosional. Tokoh-tokoh, kejadian, peristiwa, suasana, bahkan ruang tempat dan waktu kejadian adalah ‘dunia’ ciptaan pengarang. Dunia ciptaan itu mungkin bukan fakta. Dunia ciptaan itu merupakan ‘tiruan’ dunia fakta, tetapi bukan tiruan yang sama seperti duplikat atau potret. Tiruan itu lebih merupakan tanggapan penciptanya atas dunia fakta.
Karya sastra sebagai hasil kreativitas, kepekaan pikiran, dan perasaan pengarang dalam menanggapi peristiwa di sekitarnya, menuntut penciptanya untuk memiliki daya kreativitas yang tinggi. Dalam penciptaan karya sastra, kreativitas sangat diperlukan agar karya sastra yang dihasilkannya dapat bersifat dulce et utile. Kalau karya yang dihasilkannya tidak dulce et utile, karya tersebut belum dapat dikatakan bernilai sastra. Menurut Horace (dalam Pradopo, 1994) hakikat karya sastra adalah dulce et utile, yang artinya menyenangkan dan berguna. Maksudnya, karya sastra harus mampu memberikan kesenangan kepada pembaca, dan berguna bagi kehidupan pembaca dalam menambah kedewasaan dan kebijaksanaan dalam bermasyarakat.
Karya sastra menyajikan nilai-nilai keindahan dan paparan peristiwa yang memberikan kepuasan batin pembaca, mengandung pandangan atau komtemplasi batin, baik yang berhubungan dengan masalah agama, filsafat, politik, dan budaya, maupun berbagai problem yang berhubungan dengan kompleksitas kehidupan yang tergambar lewat media bahasa media tulisan, dan struktur wacana (Aminudin, 1991).

UNSUR PENTING DALAM PENULISAN SASTRA
Tiga unsur penting dalam penulisan karya sastra antara lain: (i) kreativitas, (ii) bekal kemampuan bahasa, dan (iii) bekal kemampuan sastra (Roekhan, 1991). Kreativitas dapat menjadikan seorang penulis mampu memunculkan ide-ide baru dan mengolah ide itu sehingga menjadi ide yang matang dan utuh. Dengan daya kreativitas, seorang penulis selalu mendayagunakan pemakaian bahasa agar karya-karyanya berbeda dengan karya-karya sebelumnya. Dengan daya kreativitas, seorang penulis dapat memanfaatkanpengetahuan bersastranya untuk menghasilkan karya sastra yang berciri lain.

KREATIVITAS
Kreativitas bisa mengacu pada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada (Roekhan, 1991). Misalnya, puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan ciri-ciri yang berbeda dengan karya-karya sebelumnya.
Banyak yang mengira bahwa kreativitas itu banyak ditentukan oleh bakat dan kemampuan bawaan. Ini tidak sepenuhnya benar, karena kreativitas ditentukan oleh perpaduan unsur-unsur seperti: (1) kemampuan berpikir kritis, (2) kepekaan emosi, (3) bakat, (4) daya imajinasi.
Dengan berpikir kritis orang tidak mudah merasa puas dengan apa yang telah ada. Dengan berpikir kritis, jiwa akan hidup karena didorong terus untuk mencari kemungkinan-kemungkian lain. Kepekaan emosi menjadikan penyair dapat merasakan sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Bakat dapat memperkuat daya kreativitas seseorang tetapi bukan satu-satunya unsur yang menentukan. Sebab, bakat tidak akan berarti jika tidak diasah dan dilatih terus menerus. Daya imajinasi memungkinkan seorang penyair menciptakan sebuah gambaran yang utuh dan lengkap dalam fantasinya.

Tahapan Kreativitas
Kreativitas terdiri atas beberapa tahap, antara lain: (1) pemunculan ide, (2) pengembangan ide, dan (3) penyempurnaan ide. Kunci utama yang harus disiapkan oleh penulis adalah ide (Kinoysan, 2007).
Ide sering muncul di sembarang tempat dan waktu. Munculnya ide tidak dapat diramalkan. Ide sering melintas dengan cepat dan menghilang lagi. Untuk itu ide yang ditangkap harus segera dicatat. Pencatatan ide harus dilakukan secara rinci. Ide yang muncul dalam benak penulis dapat berupa pengalaman dan pengetahuan sendiri atau pengalaman orang lain. Pengalaman dan pengetahuan tersebut bisa berkenaan dengan bidang keagamaan, kesenian, politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan lain-lain.
Ide juga dapat muncul dengan cara dirangsang. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk merangsang pemunculan ide antara lain: (1) mempelajari ide orang lain, (2) meningkatkan pengetahuan dan pengalaman, (3) menciptakan suasana yang menunjang (santai, bebas dari rasa malu dan takut), (4) merenung, (5) sering berlatih, dan (6) terus berlatih berpikir kritis dan asosiatif ((Roekhan, 1991:9).
Pengembangan ide dapat dibantu dengan: (1) melakukan perincian, (2) banyak membaca, (3) menambah pengalaman, (3) banyak merenung, (4) banyak melakukan diskusi, dan (5) mengamati sesuatu secara langsung. Ide yang samar-samar dan tidak lengkap dapt dirinci unsur-unsurnya. Masing-masing unsur kemudian dijabarkan lagi sehingga ide menjadi lebih jelas dan sempurna. Bacaan memperkaya wawasan seseorang. Melalui bacaan seseorang dapat mengetahui apa saja yang mungkin tidak dialaminya secara langsung. Ide yang samar-samar dapat diperjelas dengan cara terjun langsung dalam kehidupan yang akan digambarkan. Dengan merenung orang akan mengungkap kembali seluruh pengetahuan dan pengalamannya yang relevan dengan ide yang sedang digarapnya. Diskusi merupakan ajang saling bertukar pengetahuan dan pengalaman, sehingga suatu ide menjadi lebih jelas karena ditinjau dari berbagai sudut pandang. Dengan mengamati secara langsung orang daapt melihat suatu objek dengan lebih jeli dan lengkap.
Ide yang dilahirkan biasanya tidak langsung utuh dan sempurna. Untuk itu seorang penulis harus membaca kembali karya yang dihasilkan dan bila perlu memperbaiki karyanya itu. Untuk menyempurnakan ide penulis dapat melakukannya sendiri atau menyuruh orang lain untuk membaca dan memperbaikinya.

BEKAL KEMAMPUAN BAHASA
Cara pemakaian bahasa dalam karya sastra harus menibulkan kesan tertentu dalam diri pembaca. Kesan itu berupa gambaran imajinasi, baik imajinasi penglihatan, pendengaran, penciuman, maupun imajinasi perabaan serta membangkitkan perasaan tertentu dalam batin pembaca. Bahasa dalam karya sastra sering menggunakan cara tersirat dan bersifat konotatif.
Penulis karya sastra harus mempunyai bekal kemampuan bahasa yang memadai. Untuk mengembangkan kemampuan bahasa dapat dilakukan dengan cara; (1) mengembangkan kosakata, (2) mengembangkan penguasaan kaidah bahasa, dan (3) mengembangkan pengetahuan makna.

Mengembangkan Kemampuan bahasa
Kemampuan seorang penulis dalam memahami bahasa akan mempermudah kegiatan menuangkan ide dalam bahasa tulis. Untuk mengembangkan kemampuan bahasa seorang penulis dapat dilakukan dengan cara: (1) mengembangkan kosakata, (2) mengembangkan penguasaan kaidah bahasa, dan (3) mengembangkan pengetahuan makna.
Pembendaharaan kata seorang penulis akan membantu kelancaran penuangan ide dalam bahasa tulis. Untuk menambah kekayaan kosakata seorang penulis dapat dilakukan dengan membaca. Semakin banyak membaca, semakin banyak pula jumlah kosakata yang dikuasai seseorang.
Penguasaan seorang penulis tentang kaidah bahasa akan mempermudah penulis menuangkan ide dengan tepat dan cermat. Kaidah bahasa dapat dipelajari dengan banyak membaca buku-buku tata bahasa. Untuk mengembangkan kemampuan seorang penulis dalam menguasai kaidah bahasa dapat dilakukan dengan tekun berlatih membentuk kata (membentuk kata dengan afiksasi dan pengulangan), berlatih membentuk frase, dan latihan mengubah struktur kalimat. Misalnya mengubah kalimat sederhana menjadi kalimat kompleks, mengubah kalimat langsung menjadi kalmiat tidak langsung, mengubah kalimat pasif menjadi kalimat aktif, dan lain sebagainya.
Pemahaman sesorang penulis tentang makna akan mepermudah penyampaian pesan kepada pembaca sesuai dengan keinginannya. Untuk itu penulis perlu memahami tentang tata makna. Misalnya, makna leksikan dan makna gramatikal, makna denotatif dan makna konotatif, perluasan makna, penyempitan makna, ameleorasi, peyorasi, sinestesia, asosiasi, kata umum dan kata khusus, sinonim, antonim, homonim, polisemi, majas, ungkapan, dan peribahasa.

BEKAL KEMAMPUAN SASTRA
Kemampuan seorang penulis tentang seluk beluk karya sastra akan mempermudah penulisan karya sastra, baik puisi, prosa (cerpen, novel, roman), maupun drama. Untuk meningkatkan kemampuan sastra seseorang dapat dilakukan dengan cara: (i) meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap suatu karya sastra, (ii) mengikuti kegiatan bersastra, (iii) melakukan kritik karya sastra, (iv) meningkatkan pengetahuan sastra, dan (v) menulis sastra.
Apresiasi merupakan sebuah proses. Panjang-pendeknya proses itu bergantung pada tingkat kepekaan emosi, ketajaman berpikir, dan imajinasi pengapresiasi. Sebagai proses, apresiasi memerlukan proses pembacaan karya sastra secara sungguh-sungguh dan teliti. Pengapresiasi harus memperhatikan dengan cermat setiap aspek dari karya sastra tersebut.
Banyak memgikuti kegiatan-kegiatan bersastra seperti sarasehan sastra, baca puisi, baca cerpen, dramatisasi puisi, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menimbulkan rasa cinta terhadap sastra, menambah pengalaman dalam menulis sastra.
Kritik dapat meningkatkan kekritisan seseorang dalam membaca dan menilai karya sastra. Dengan melakukan kritik terhdap karya sastra yang dibacanya, seseorang dapat menemukan kelemahan dan kekuatan suatu karya sastra. Dengan mengetahui kelemahan dan kekuatan suatu karya seseorang dapat memberikan penilian terhadap karya sastra secara proporsional, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah, serta memberikan alternatif penyempurnaannya.
Pengetahuan seseorang tentang karya sastra dapat meningkatkan kemampuan apresiasi dan kritik terhdap suatu karya sastra. Pengetahuan ini dapat diperoleh dengan dua cara yaitu mempelajari buku-buku teori sastra, dan banyak membaca karya sastra serta banyak membaca tulisan-tulisan kritik sastra.
Menulis jika seing dilakukan, dapat memperlancar seseorang dalam mengungkapkan idenya. Semakin sering ia menulis, maka seorang penulis akan merasakan bahwa ide yang ditulisnya seolah mengalir dan tertata dengan sendirinya.

KESIMPULAN
Tiga unsur penting dalam penulisan karya sastra antara lain: (i) kreativitas, (ii) bekal kemampuan bahasa, dan (iii) bekal kemampuan sastra (Roekhan, 1991:1). Kreativitas bisa mengacu pada pengertian hasil yang baru, berbeda dengan yang pernah ada. Kreativitas terdiri atas beberapa tahap, antara lain: (1) pemunculan ide, (2) pengembangan ide, dan (3) penyempurnaan ide.
Penulis karya sastra harus mempunyai bekal kemampuan bahasa yang memadai. Untuk mengembangkan kemampuan bahasa dapat dilakukan dengan cara; (1) mengembangkan kosakata, (2) mengembangkan penguasaan kaidah bahasa, dan (3) mengembangkan pengetahuan makna.
Kemampuan seorang penulis tentang seluk beluk karya sastra akan mempermudah penulisan karya sastra, baik puisi, prosa (cerpen, novel, roman), maupun drama. Untuk meningkatkan kemampuan sastra seseorang dapat dilakukan dengan cara: (i) meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap suatu karya sastra, (ii) mengikuti kegiatan bersastra, (iii) melakukan kritik karya sastra, (iv) meningkatkan pengetahuan sastra, dan (v) menulis sastra.

*) Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia di FKIP Universitas Muhammadiyah Jember

[+/-] Selengkapnya...